Load more

Mengatasi Postingan Ganda yang Berjejer Kebawah

Apakah anda pernah mengalami masalah artikel yang ganda?


Satu Postingan tetapi setelah di poskan dan di lihat ternyata ada yang aneh, seperti yang pernah saya alami di blog ini, silahkan simak gambar berikut:

Artikel normal:


Artikel yang Ganda atau bermasalah:



Jika anda mengalami hal yang serupa, jangan khawatir, semua masalah pasti ada pemecahannya.

Pertama buka edit HTML anda kemudian cari  < data:post.body / >
setelah ketemu hapus,setelah itu lihat hasilnya,kalau berhasil berarti anda sudah menghapus yang tepat.
  tetapi jika hasilnya belum sesuai, pasang kembali yang anda hapus tadi kemudian cari < data:post.body / > yang lain selain yang anda hapus tadi, sebab terkadang ada dua/tiga atau lebih < data:post.body / > . intinya hapus salah satu saja kalau tidak berhasil undo dan cari yang lainnya.

Makalah Kredibilitas Aksiologi Terhadap Filsafat Pragmatisme



I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Negara Amerika, dan terutama negara-negara Barat lainnya boleh kita akui sampai saat ini merupakan negara adidaya, adikuasa atau pun super power, dengan berbagai macam kemajuan yang dicapai selama kurang lebih tiga abad terakhir. Kemajuan yang dimiliki Amerika memang bisa diakui menjadi poros negara belahan dunia untuk mengkaji dan mengikuti teori yang selama ini dijadikan acuan oleh negara adidaya tersebut. Mengapa Amerika yang disinggung? Karena filsafat pragmatisme lahir dan berkembang satu abad yang lalu di Amerika dan di klaim sebagai filsafat khas Amerika. Kemajuan yang dicapai Amerika dari beberapa segi tidak terlepas dari pengaruh filsafat pragmatisme yang di amininya selama ini.

Pragmatisme merupakan gerakan filsafat Amerika yang mulai terkenal selama satu abad terakhir. Aliran filsafat ini merupakan suatu sikap, metode dan filsafat yang memakai akibat-akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran untuk menetapkan nilai kebenaran.

Pragmatisme sudah banyak dibicarakan oleh para penulis, baik dilihat sebagai aliran pemikiran filsafat, maupun sebagai strategi pemecahaan masalah yang bersifat praktis. Pragmatisme juga dikenal sebagai sikap dan metode yang lebih menekankan pada akibat dan kegunaan setiap konsep atau gagasan daripada berputar-putar dengan masalah metafisis-filosofis. Sehingga paham ini memiliki karakteristik yang membedakannya dari paham-paham lainnya. Respons terhadap paham ini bermacam-macam. Banyak yang mendukung dan banyak pula yang menentangnya. Kesan negatif terhadap paham ini muncul antara lain karena paham ini dinilai enggan dengan kerewelan (perdebatan) filosofis yang tiada henti, enggan mendiskusikan asumsi-asumsi dasar, persepsi dan nilai-nilai yang mendasar, dan cenderung langsung turun pada perencanaan praktis.[1]

Meskipun demikian, dilihat dari sisi yang lain, pragmatisme dinilai positif, karena dapat membawa teori ke medan praktis, berupaya menurunkan filsafat ke tanah (membumi) dan menghadapi masalah-masalah yang hidup sekarang. Dengan ungkapan lain, pragmatisme berusaha untuk membumikan filsafat agar dapat digunakan untuk memecahkan masalah keseharian di sekitar kita, sebagaimana dikemukakan oleh Dewey, bahwa filsafat pragmatisme bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi.[2]

Aksiologi sebagai bagian penting lainnya dari filsafat berbicara tentang hakekat nilai, baik nilai etis maupun nilai estetis, yang jika dikaitkan dengan filsafat pragmatisme tentu akan menghasilkan tanda tanya akan nilai dari filsafat pragmatisme yang menjadi nilai tersendiri yang dapat dipercayai. Pakar filsafat pendidikan Islam seperti Syed Naquib al-Attas menyatakan bahwa ilmu pengetahuan modern tidak bebas nilai, ia netral sebab dipengaruhi oleh pandangan-pandangan keagamaan, kebudayaan, dan filsafat. Oleh karena itu umat Islam perlu mengislamisasikan ilmu.[3] Pernyataan al-Attas tersebut bahwa ilmu bebas nilai mengindikasikan adanya aksiologi, yakni pertimbangan nilai dalam ilmu pengetahuan. Ilmu apapun namanya, jika ia diletakkan dalam wadah yang islami, maka ilmu tersebut adalah “ilmu Islam” dan di luar itu tidak islami.

------------------------------------------------------
[1] Oesman dan Alfian. Pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara. Jakarta: Penerbit BP 7 Pusat, 1990. h. 57

[2] Titus, H. et.al. Dialihbahasakan oleh H.M. Rasjidi. Persoalan-persoalan Filsafat. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1984. h. 353

[3] Wan Mohd. Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib al-Attas, diterjemahkan oleh Hamid Fahmi, et. alldengan judul Filsafat dan Praktik Pendidi-kan Islam Syed M. Naquib al-Attas (Cet. I; Bandung: Mizan, 2003), h. 317.

Download Makalah Lengkap ini Di SINI File Rar

PERBANDINGAN KADAR BILIRUBIN NEONATUS DENGAN DAN TANPA DEFISIENSI GLUCOSE-6-PHOSPHATE DEHYDROGENASE, INFEKSI DAN TIDAK INFEKSI

The Comparison of Bilirubin Level of the Newborn, With and Without Glucose6-Phosphate
Dehydrogenase (G6PD)
Deficiency,
With and
Without Infection

Satrio Wibowo
*, Kamilah Budhi Rahardjani*, Ag. Soemantri*
*Department of Child Health Medical Faculty – Diponegoro University / Dr. Kariadi Hospital Semarang


ABSTRACT

Background : Hyperbilirubinemia is one of the most common problem in newborn and can lead to neural defect. G6PD deficiency is one of the risk factor causing hyperbilirubinemia. It is the most common cause of jaundice and acute hemolytic anemia in South-East Asia. Infection could act as a trigger of hemolysis in G6PD deficient newborn.
Objective : To compare bilirubin level between G6PD deficient and normal neonate, exposed or not exposed by bacterial infection. 
Methods : One hundred and one neonate at the High Risk Neonate Ward in Dr. Kariadi Hospital Semarang have been enrolled in this cross sectional study since January to June 2006. In this study, the subject were divided into 4 groups: (1) G6PD deficient neonate with infection, (2) G6PD deficient neonate without infection, (3) normal neonate with infection, and (4) normal neonate without infection. Variables were compared by using mann-whitney u test or kruskal wallis with SPSS 13.00.
Result : Sixteen (15,8%) neonate were G6PD deficient and 39 (38,6%) neonate were infected. There were no significant difference between bilirubin level of G6PDdeficient newborn and the normal
one
Download File PDF : Di Sini